GUDATAnews.com, Kota Bengkulu - Polutan berbahaya seperti NOX Dan
SOX serta senyawa beracun lainnya mampu menyebar sampai dengan 200 kilometer
dari pusat polusi berada, sedangkan SMKS
15 Taruna Kota Bengkulu hanya berjarak 10 kilometer dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Batubara Teluk Sepang Kota
Bengkulu.
’’Fakta ini berdampak terhadap sebanyak 125 siswa SMKS 15
Taruna Bengkulu yang masuk dalam kategori kelompok yang mempunyai peluang besar
sebagai "penerima" polutan berbahaya tersebut,” kata Hosani, Manager
Sekolah Energi Bersih Kanopi Hijau Indonesia.
Sementara menurut pelajar SMKS 15 Taruna Bengkulu, dampak
langsung dari PLTU Teluk Sepang yang mereka rasakan adalah debu dari angkutan
batubara. Pelajar mengalami gangguan pernapasan seperti flu dan batuk sehingga
mengakibatkan proses belajar tidak kondusif.
Muhammad Febriansyah siswa kelas X SMKS 15 Kota Bengkulu menyatakan
bahwa kondisi lingkungan yang tercemar akibat energi kotor.
Fakta tersebut yang menjadi alasan bagi Sekolah Energi Bersih
#2 melakukan kegiatan Roadshow untuk berbagi pengetahuan tentang dampak buruk
energi kotor dan solusi untuk transisi energi bersih yang berlangsung pada
Senin 1 April 2024.
Lain daripada itu, SMKS 15 Taruna menjadi kelompok yang
berpotensi besar menerima dampak dari krisis iklim karena letak sekolah yang
berada dekat dengan pesisir pantai dan secara keprofesian bidang pelayaran
mereka akan menggantungkan masa depan pada laut sebagai ruang hidupnya.
Pada acara tersebut, 71 peserta menerima materi tentang
dampak lingkungan, penurunan kualitas kesehatan dan ekonomi dari proses hulu
hilir energi batubara yang disampaikan oleh Afifatul, siswa MAN 1 Model
Bengkulu.
Dalam pemaparannya, Afifatul menyampaikan bahwa zat beracun
dari PLTU batubara Teluk Sepang memberikan resiko yang akan langsung dapat
dirasakan para siswa, guru dan pegawai SMKS 15 Kota Bengkulu antara lain
penyakit kulit, gangguan saluran pernafasan, stoke, penyakit jantung, kanker
paru-paru, hingga pada kematian dini.
Selain itu, mereka juga memperoleh informasi tentang Dampak
Krisis Iklim yang disampaikan Farel Nadi
Pratama siswa SMAN 7 Bengkulu. Disampaikan bahwa di masa depan, krisis
iklim juga mengancam profesi industri pelayaran maritim. Resiko buruk
diakibatkan oleh perubahan pola cuaca ekstrim, naiknya gelombang air laut,
kenaikan permukaan air laut, abrasi, kerusakan infrastruktur pelabuhan.
Untuk menyelamatkan ruang hidup dan bumi di masa depan,
Michelia siswa SMAN 1 Bengkulu dan Hani siswa MAN 1 Model Bengkulu mengajak
sesama anak muda untuk melawan
penggunaan energi kotor batubara dan krisis iklim secara bersama-sama karena
kita semua adalah korban, dengan cara mendorong transisi energi bersih yang
adil dan berkelanjutan.(Rls)