GUDATAnews.com,
Bengkulu - Tidak sedikit di antara yang memiliki sifat tidak pernah
merasa puas dan selalu kekurangan serta jauh dari sifat syukur. Banyak kita
lihat apabila dapat sedikit, selalu mengeluh dan ingin lebih banyak.
Anehnya, apabila dapat banyak, maunya lebih banyak lagi. Dari
Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ
لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى
مَنْ تَابَ
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas,
tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi
mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima
taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no.
6439 dan Muslim no. 1048)
Kapan sadarnya? Apabila kehilangan barulah manusia sadar bahwa yang hilang tidak akan pernah
kembali dan sedikit itu sudah cukup. Andai saja sedari awal sadar dan mau
bersyukur maka yang sedikit akan bertambah semuanya menjadi berkah. Berkah itu
menurut Al Maidah 100 adalah
قُلْ لَّا يَسْتَوِى الْخَبِيْثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ اَعْجَبَكَ
كَثْرَةُ الْخَبِيْثِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
ࣖ
Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang
baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada
Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat, agar kamu beruntung.”
Pagar Dewa, 23062023
Salam UJH. (Red)