GUDATAnews.com,
Bengkulu - Barangkali
terlalu kejam bahasanya bila dikatakan ada tetangga yang jahat dengan
tetangganya lebih keji dari Fir'aun. Mengapa demikian? Fir'aun berlaku jahat
karena dia raja, berkuasa, kaya dan ingin mempertahankan kekuasaannya bahkan
mengaku dirinya Tuhan.
Nah, tetangga yang jahat dengan tetangga. Motifnya apa?
Kedudukan sama, status tidak jauh berbeda. Hak dan kewajiban sama. Rasulullah
pernah mengingatkan. Nabi Saw bersabda:
ÙˆَاللَّÙ‡ِ Ù„َا ÙŠُؤْÙ…ِÙ†ُ
ÙˆَاللَّÙ‡ِ Ù„َا ÙŠُؤْÙ…ِÙ†ُ ÙˆَاللَّÙ‡ِ Ù„َا ÙŠُؤْÙ…ِÙ†ُ Ù‚ِيلَ ÙˆَÙ…َÙ†ْ ÙŠَا رَسُولَ اللَّÙ‡ِ Ù‚َالَ
الَّØ°ِÙŠ Ù„َا ÙŠَØ£ْÙ…َÙ†ُ جَارُÙ‡ُ بوَائِÙ‚َÙ‡ُ. رواه البخاري
Artinya, “Demi Allah, tidak sempurna imannya, demi Allah
tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya.” Rasulullah saw.
ditanya “Siapa yang tidak sempurna imannya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Seseorang yang tetangganya tidak merasa aman atas kejahatannya.” (HR
al-Bukhari).
Alangkah beruntungnya jika kita hidup dan bertetangga dengan
orang-orang yang mulia. Walaupun rumah sempit, kalau tetangganya baik, akan
terasa lapang. Dan, alangkah ruginya, jika rumah kita dikelilingi oleh
tetangga-tetangga yang busuk hati. Walaupun rumah lapang, niscaya akan terasa
sempit. Memang sungguh nikmat jika kita memiliki tetangga-tetangga yang baik
ahlak, ramah, dan penuh perhatian. Kendati demikian, kita tidak pernah bisa
memaksa orang lain untuk selalu bersikap baik, kecuali kita paksa diri kita
sendiri untuk bersikap baik terhadap siapapun.
Pagar Dewa, 27052023
Salam UJH. (Red)