Nelayan memperbaiki
jala. (Foto: Mitradi)
GUDATAnews.com,
Bengkulu - Abu
Daud meriwayatkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda tidak pantas
seorang meminta-minta kecuali untuk 3 hal yaitu:
1. Fakir
miskin yang sama sekali tidak memiliki sesuatu;
2. Utang
yang tidak dapat dibayar;
3.
Penyakit yang membuat seseorang tidak bisa bekerja.
Di dalam riwayat lain yang pernah diriwayatkan
oleh Anas bin Malik, Rasulullah Muhammad SAW juga pernah mendapati seorang
pengemis miskin yang meminta-minta. Rasulullah tidak langsung memberinya uang.
Namun, justru memberi pertanyaan tentang barang apa yang dimiliki pengemis
miskin yang berasal dari Kaum Ansar tersebut dan bisa dimanfaatkan sebagai
modal.
Ternyata pengemis miskin itu memiliki pakaian
sehari-hari dan sebuah cangkir. Maka Rasulullah menyuruhnya pulang dan
mengambil kedua barang tersebut. Kemudian Rasulullah melelang kedua barang
tersebut kepada para sahabat. Hingga akhirnya kedua barang milik pengemis
tersebut laku. Rasulullah menyarankan kepadanya agar uang hasil lelang
dijadikan modal membeli kapak untuk
mencari kayu bakar.
Tujuan Rasulullah melakukan hal tersebut tidak
lain untuk mencegah ketergantungan kepada orang lain. Selain itu, juga untuk
menggambarkan bahwa barang apapun yang dimiliki seseorang sebenarnya memiliki
nilai produktivitas. Tergantung bagaimana orang tersebut bisa memanfaatkannya.
Pelajaran lain yang bisa kita peroleh dari
riwayat di atas adalah walau bagaimanapun juga buruknya sesuatu yang kita
miliki tetaplah memiliki nilai. Kita tidak boleh menganggap sesuatu itu tidak
berguna selama masih bisa dimanfaatkan. Bisa jadi bermanfaat bagi orang lain.
Hikmah yang bisa kita ambil adalah berkaitan erat
dengan peluang yang dibaca Rasulullah terhadap si Pengemis Miskin Ansar
tersebut. Rasulullah sengaja menyuruhnya untuk menjadi pencari kayu bakar.
Karena Beliau melihat potensi yang dimiliki
pengemis miskin di bidang itu. Barangkali jika ia diperintah melakukan hal lain
seperti mengajar, beternak maupun bertani, belum tentu ia bisa melakukannya
dengan baik.
Demikianlah salah satu keteladanan Rasulullah
Muhammad SAW dalam mengatasi kemiskinan umat. Beliau dapat mengangkat derajat
dan menghargai sisi positif orang lain sampai bisa berkembang dengan
kemampuannya.
Jauh sebelum Adam Smith bangga dengan
pemikirannya "Wealth and Nation" yang menjadi dasar berpijak ideologi
liberal klasik (cikal-bakal kapitalisme saat ini) dan menganggap bahwa manusia
adalah individu yang memiliki potensi positif untuk berkembang jika diberikan
kebebasan memiliki modal. Rasulullah ternyata telah lama melakukan hal itu.
Namun, berbeda dengan Kaum Liberalis Klasik
(kapitalis) yang cenderung mengabaikan moral dan nilai. Karena mereka
beranggapan bahwa modal dan nilai tersebut menghambat kemampuan berusaha.
Sementara itu, Rasulullah tetap berpedoman kepada sumber Al Quran yang jelas
batasan antara yang hak dan batil.(TGY)