GUDATAnews.com,
Bengkulu - Tidak
semua orang bisa memberi maaf atau meminta maaf. Mengapa demikian?
Imam Al-Ghazali, menyampaikan pemaafan itu berlangsung
bertahap. Tentu tahapnya disiapkan dan dijalani orang-orang yang berkomitmen
memaafkan.
Pertama: Gadhab (marah). Di sini orang yang menjadi
korban transgresi menyadari adanya rasa marah (sakit hati, iri dengki,
keinginan balas dendam) yang dapat menghadirkan dampak buruk dari kemarahan.
Kedua: Hilmun (pengendalian rasa tersinggung). Ada
proses untuk membuat diri tidak mudah tersinggung. Awalnya boleh jadi ada
keterpaksaan untuk membuat diri tidak mudah marah, tapi lama kelamaan jadi
kebiasaan. “Orang yang kuat bukan orang yang pandai bergulat tapi yang
mampu menguasai diri saat marah.” (HR Bukhari & Muslim).
Ketiga: ‘Afwun. Suatu keadaan saat sesorang berhak
atas suatu hak, lalu hak tersebut digugurkannya (dihilangkannya) dan
dilepaskannya dari orang yang harus menunaikan hak tersebut. Islam menjamin
masuk surga bagi orang yang memaafkan kesalahan orang lain.
Keempat: Ihsan. Tahapan ini adalah tahapan di mana
individu membalas kezaliman dengan kasih sayang. Dalam tahap ini seorang
berupaya agar ia dapat menyediakan berbagai kebaikan, baik berupa materi,
perhatian, doa, dan sebagainya kepada seseorang yang telah teridentifikasi
sebagai balasan yang lebih baik dari apa yang sudah diterimnya dari orang lain.
Kelima: al-Rifqun. Ini adalah suatu bentuk belas kasihan
yang diwujudkan dalam perilaku/sikap lemah lembut. Di sini seseorang berbuat
baik kepada orang lain karena kepeduliannya yang sangat tinggi kepada orang
yang ditolongnya.
Pagar Dewa, 27042023
Salam UJH. (Red)