GUDATAnews.com,
Bengkulu - Meskipun
jarak yang jauh sudah bisa dijangkau dengan teknologi berupa video call atau
zoom tetapi tetap tidak sebahagia, senyaman, dan semeriah bila bertemu langsung
untuk berjabat tangan, bersalaman bahkan berpelukan untuk melepas rindu dan
menyatakan suka cita. Maka itu, muncul acara yang dikemas dalam satu tajuk di
bulan Syawal dengan nama Halal bihalal.
Halal bihalal nama yang cukup populer di negara kita.
Seakan-akan nama impor dari Arab padahal asli tradisi anak bangsa yang turun
temurun. Halal bihalal tidak mengenal kasta dan kelas. Pertemuan arisan RT
boleh berhalal bihalal, kantor pemerintah, BUMN, dan swasta pun kerap
melaksanakan acara halal bihalal. Tujuannya pun baik agar silaturahim tetap
terjalin utuh.
Quraish Shihab mengatakan halal bihalal itu maknanya luas
yakni, menyambungkan yang putus, mencairkan yang beku, mengumpulkan yang
terserak, meluruskan yang bengkok. Jika usai halal bihalal kriteria di atas
tidak pas maka apa gunanya ber halal bihalal. Sabda Nabi
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «من
كانت عنده مَظْلِمَةٌ لأخيه، من عِرضِه أو من شيءٍ، فلْيتحلَّلْهُ منه اليوم قبل أن
لا يكون دينارٌ ولا درهم؛ إن كان له عمل صالحٌ أُخِذ منه بقدر مَظلِمتهِ، وإن لم يكن
له حسناتٌ من سيئات صاحبه فحُمِل عليه»رواه البخاري
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa melakukan kezaliman kepada
saudaranya, hendaklah meminta dihalalkan (dimaafkan), karena di sana (akhirat)
tidak ada lagi perhitungan dinar dan dirham, sebelum kebaikannya diberikan
kepada saudaranya, dan jika ia tidak punya kebaikan lagi, maka keburukan
saudaranya itu akan diambil dan diberikan kepadanya. [HR al Bukhari no. 6169]
Pagar Dewa, 26042023
Salam UJH. (Red)