GUDATAnews.com,
Bengkulu - Dalam
suatu pengajian subuh Ramadhan ada salah satu jamaah bertanya. Bagaimana hukum
orang yang datang ke rumah meminta dia diberikan zakat atau mendatangi rumah-rumah
penduduk meminta zakat?
Awalnya saya kira hanya perumpamaan jika ada seperti
demikian. Ternyata yang ditanyakan beliau adalah kejadian nyata yang beliau
alami. Jika ada kejadian demikian tentu kita berhati-hati, sebab siapa yang
datang tersebut harus jelas status, alamat dan posisinya sebagai apa menagih
zakat? Kalau termasuk katagori fakir miskin maka ketua RT nya pasti akan
mengusulkan kepada panitia zakat. Adapun jika yang datang tersebut memiliki
-maaf- fisik yang kurang sempurna (cacat) sehingga tidak memungkinan baginya
untuk bekerja, atau umurnya sudah tua renta, atau dari kalangan janda atau
wanita miskin yang tidak memiliki sanak kerabat yang membantunya, merekalah yang
baru layak diberikan zakat.
Apalagi zakat harta. Sesungguhnya, jika para pengemis itu
fisiknya masih mampu dan kuat untuk bekerja, mereka tidak layak menerima harta
zakat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ حَظَّ فِيهَا لَغَنِىٍّ وَلاَ لِذِى مِرَّةٍ مُكْتَسِبٍ
“Tidak ada satu pun bagian zakat untuk orang yang
berkecukupan dan tidak pula bagi orang yang kuat untuk bekerja.” (H.R.
Al-Baihaqi)
Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam juga bersabda,
لاَ تَحِلُّ الصَّدَقَةُ لِغَنِىٍّ وَلاَ لِذِى مِرَّةٍ سَوِىٍّ
“Tidak halal zakat bagi orang yang berkecukupan, tidak pula
bagi orang yang kuat lagi fisiknya sempurna (artinya: mampu untuk
bekerja-pen)”.
(H.R. Abu Daud, Tirmizi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Pagar Dewa, 17042023
Salam UJH. (Red)