GUDATAnews.com,
Bengkulu - Tidak ada
syariat yang bisa kita temukan dalam memotong kerbau baik sebelum masuk puasa
ataupun sebelum Hari Raya Idul Fitri. Jika kebiasaan memotong kerbau sebelum
puasa atau sebelum Hari Raya Idul Fitri masih berlangsung sampai saat ini, itu adalah
tradisi. Dan tidak semua daerah memiliki tradisi yang sama.
Memotong kerbau sebelum puasa adalah pada zaman dahulu adalah
bentuk rasa syukur kepada Allah, masing-masing rumah mengundang antar tetangga
untuk makan bersama dan sebelum makan biasa melakukan doa syukuran. Rasa terima
kasih atas rezeki selama ini dan berharap bisa melaksanakan puasa dengan baik
serta rezeki tetap lancar. Lama kelamaan akhirnya menjadi sebuah tradisi doa
masuk puasa.
Terlepas bisa atau tidak memotong kerbau dan menggelar doa
masuk puasa atau tidak, tetap wajib menjalankan puasa. Tidak ada kaitannya doa
masuk puasa dengan pelaksanaan puasa. Hanya mengajukan permohonan kepada Allah
agar bisa puasa dengan nyaman sehat wal afiat selamanya. Namun demikian, jika
tetap mau menghidupkan tradisi memotong kerbau sebelum puasa adalah sebuah
tradisi yang baik. Firman Allah Al-Ahzab: 53.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتَ النَّبِيِّ
اِلَّآ اَنْ يُّؤْذَنَ لَكُمْ اِلٰى طَعَامٍ غَيْرَ نٰظِرِيْنَ اِنٰىهُ وَلٰكِنْ اِذَا
دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَاِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوْا وَلَا مُسْتَأْنِسِيْنَ
لِحَدِيْثٍۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيٖ مِنْكُمْ ۖوَاللّٰهُ
لَا يَسْتَحْيٖ مِنَ الْحَقِّۗ وَاِذَا سَاَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَسْـَٔلُوْهُنَّ
مِنْ وَّرَاۤءِ حِجَابٍۗ ذٰلِكُمْ اَطْهَرُ لِقُلُوْبِكُمْ وَقُلُوْبِهِنَّۗ وَمَا
كَانَ لَكُمْ اَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَلَآ اَنْ تَنْكِحُوْٓا اَزْوَاجَهٗ
مِنْۢ بَعْدِهٖٓ اَبَدًاۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمًا
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki
rumah-rumah Nabi kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu
masak (makanannya), tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu
selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi) malu kepadamu (untuk
menyuruhmu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu
meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah
dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati
mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula)
menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh, yang
demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah.
Pagar Dewa, 17032023
Salam UJH. (Red)