Ibadah di Masjid Raya Baitul Izzah Padang
Harapan Bengkulu. (Foto: Mitradi HFA)
GUDATAnews.com,
Bengkulu - Syariat
yang tidak boleh ditinggalkan oleh muslim adalah salat dalam kondisi apapun.
Jika sakit atau dalam perjalanan maka ada ruksah bagi yang bersangkutan. Salat
atau sholat adalah salah satu jenis ibadah di dalam agama Islam yang dilakukan
oleh Muslim. Kegiatan salat meliputi perkataan dan perbuatan yang diawali
dengan gerakan takbir dan diakhiri dengan gerakan salam.
Ada yang sering dilalaikan saat akan melaksanakan sholat.
Boleh jadi karena memang tidak paham atau sengaja ditinggalkan. Banyak kita saksikan,
asal sudah iqamah kebanyakan kita langsung takbir mengangkat. Ketahuilah, ada tuntunannya berdoa sebelum shalat dan
membaca surat An Naas sebelum kita membaca niat.
Doa sebelum shalat.
رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ
رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ
“Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan
setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan
mereka kepadaku.”
Setelah itu membaca Surat An Naas. Menurut Imam Al-Ghazali,
membaca Surat An-Nas sebelum menjalankan sholat hukumnya sunah. Hal itu
dilakukan dalam rangka untuk berlindung dari bisikan setan dengan surat
tersebut.
فَإِذَا فَرَغْتَ مِنْ طَهَارَةِ الْخَبَثِ وَطَهَارَةِ الْبَدَنِ
وَالثِّيَابِ وَالْمَكَانِ وَمِنْ سَتْرِ الْعَوْرَةِ مِنَ السُّرَةِ إِلَى الرُّكْبَةِ
فَاسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ قَائِمًا مُزَاوِجًا بَيْنَ قَدَمَيْكَ بِحَيْثُ لَا تَضُمُّهُمَا
وَاسْتَوِ قَائِمًا ثُمْ اقْرَأْ: “قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ…”تَحَصُّنًا بِهَا
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. وَاحْضُرْ قَلْبَكْ مَا أَنْتَ فِيهِ وَفَرِّغْهُ مِنَ
الْوَسْوَاسِ….”
“Apabila telah selesai membersihkan kotoran dan najis yang
ada di badan, pakaian, dan tempat sholat, dan telah menutup aurat dari pusar
sampai lutut, maka menghadap kiblat dengan berdiri dengan kaki yang lurus
tetapi tidak dirapatkan sedangkan engkau berada dalam posisi tegak. Lalu
bacalah Surat An-Nas untuk berlindung dari setan yang terkutuk. Hadirkan hatimu
ketika itu. Kosongkan pula hatimu dari bisikan dan rasa was-was,” (Lihat Abu
Hamid Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, Beirut, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah, cetakan
keempat, 2006 M, halaman 46).
Pagar Dewa, 08122022
Salam UJH. (Red)