Ummi beserta para santrinya.
(Foto: Dokumen)
GUDATAnews.com, Kota Bengkulu - Menjadi seorang ibu rumah tangga adalah cita-cita masa kecilku. Bagiku seorang ibu rumah tangga adalah ujung tombak bagi kemajuan suatu bangsa.
Ibu merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya. Jika anak-anak
sudah dididik dengan baik di lingkungan keluarganya, insyaa Allah di luar rumah
anak-anak tersebut akan menunjukkan hal positif.
Seorang ibu rumah tangga bekerja 24 jam sehari, puluhan hari
dalam sebulan. Tanpa ada libur, tanpa ada cuti tahunan, gaji yang dia peroleh
langsung dari Allah SWT. Itu akan dia dapatkan jika seorang ibu rumah tangga
bekerja dengan penuh keikhlasan dan penuh tanggung jawab. Ibu-ibu yang berkarir
di luar sana, banggalah karena kalian bisa menjadi ibu rumah tangga dan juga
abdi negara.
Sewaktu menempuh pendidikan di bangku SMP 6 Kota Bengkulu dan aktif sebagai anggota Penggalang Gerakan Pramuka tepatnya tergabung pada regu Teratai, cita-cita menjadi ibu rumah tangga sempat bergeser.
Ingin Jadi Pendakwah
Sewaktu SMP aku bercita-cita menjadi seorang pendakwah, yang
selalu berbicara di depan banyak orang, berbagi ilmu agama setiap saat. Keinginan itu muncul begitu saja karena
melihat Kakak Kakak angkatan yang
membimbing kami berbicara tanpa ada sedikitpun rasa canggung.
Lulus SMP tahun 1991, aku melanjutkan pendidikan ke SMU
Negeri Pagar Dewa. Di SMU aku bergabung
di ekstrakurikuler Cinta Alam. Cinta Alam telah melatih fisikku menjadi seorang
wanita yang kuat tapi tidak tomboi, disinilah mataku semakin terbuka
lebar, betapa kecilnya aku dihadapan
Allah SWT.
Semua karena seringnya kami melakukan berbagai kegiatan di
alam bebas.
Lepas dari SMU tahun
1994, jiwaku meronta, aku ingin berorganisasi yang bisa diakui masyarakat luas
tapi juga bermaanfaat bagi diriku dikemudian hari. Lalu aku
bergabung dengan Gerakan Remaja Fiisabiilillah (GRF). Sedikit seram
namanya, tapi tidak pada kenyataannya.
Di GRF kami diajari cara membaca Al Quran yang baik dan
benar, belajar menjadi penceramah lewat Kultum, belajar doa setelah shalat, doa
sehari-hari, belajar jadi pembawa acara dan lain sebagainya.
Di GRF aku pernah menjadi bendahara, sekretaris dan 2 periode
menjadi ketua, setelah itu aku menjadi pembimbing. Banyak sekali kegiatan
positif yang telah kami lakukan lewat organisasi Fiisabiilillah, diantaranya
kami beberapa kali mengadakan Turnamen Volly Ball Putri se Kota Bengkulu,
kunjungan ke beberapa Panti Asuhan, Pondok Pesantren, Rihlah, Talk Show Remaja
dan Permasalahannya, Dialog Terbuka dan lain sebagainya.
GRF juga pernah mengeluarkan buletin yang kami beri nama
FIWARI (Fiisabiilillah Wadah Remaja Islami) dan aku menjadi Pimpinan
Redaksinya.
Karena bergabung dengan GRF, aku juga bisa bergabung dengan
organisasi PRGC (Pergerakan Risma Gading Cempaka) yang pada waktu itu Kecamatan
Singaran Pati belum ada. Di PRGC aku menjabat sebagai sekretaris. PRGC
merupakan organisasi gabungan Risma yang ada di kecamatan Gading Cempaka.
Bergabung dengan PRGC membuat tekadku semakin kuat, aku ingin hidupku bermanfaat bagi orang banyak. Di PRGC aku bertemu dengan ikhwan dan akhwat yang soleh/soleha nan cerdas, memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi serta rasa persaudaraan yang tak perlu diragukan lagi.
Dirikan Tempat Belajar
Mengaji
Belajar dari 2 organisasi tersebut, maka tahun 2006 aku mendirikan
tempat belajar mengaji bagi anak-anak yang berada di Jalan Nangka dan
sekitarnya. Tempat Pangajian yang aku
beri nama Tempat Pengajian Al-Fikri berdiri pada tanggal 2 Mei 2006. Sejak
itulah aku aktif menjadi salah satu guru mengaji di sana sampai sekarang.
Kalau ada yang bertanya apa pekerjaanku, maka aku jawab ibu
rumah tangga. Mengajar mengaji dan juga
mengajar les adalah kesibukan sehari-hariku di luar tugas utamaku sebagai ibu
rumah tangga. Aku ingin sebelum Allah SWT,
Sang Pemilik Jiwa dan Raga datang menjemputku suatu hari nanti, hidupku
harus dan wajib bermanfaat untuk orang lain.
Prinsip hidupku, berbagilah walaupun ilmu yang engkau miliki
hanya seujung kuku. Bersedekahlah setiap
saat, jika tak punya harta, bersedekahlah dengan ilmu yang engkau miliki,
insyaa Allah itulah yang akan menjadi penolongmu di akhirat nanti.
Kini hampir 15 tahun aku aktif di TP Al-Fikri. Jika sehari
saja tidak bertemu dengan santri-santriku, ada rasa rindu yang sulit aku ungkapkan dengan kata-kata.
Ibun, itulah teriakan dari santri-santriku begitu melihat aku
datang setiap sore untuk mengajar ngaji. Ada juga santri yang memanggilku Ummi.
Bagiku ibun atau Ummi, dua panggilan itu akan sangat dan selalu aku rindukan jika
waktu libur mengaji tiba.
Waktu libur Santri Al Fikri sama dengan libur sekolah. Walaupun disaat libur aku bisa beristirahat,
atau membaca buku-buku islami koleksi pribadi aku dan suami (Abi) tapi berada
diantara santri mengaji ada perasaan bahagia tersendiri bagiku.
Aku selalu berdoa semoga semua murid yang pernah les
denganku dan semua santriku menjadi
orang-orang sukses di masa depan mereka. (Junny2406)