Kak Herman Suryadi.
(Foto: Dokumen)
GUDATAnews.com, Sydney
Australia – Semangat kompetisi selalu dikobarkan Kak Herman
Suryadi. Kami biasa berkompetisi antar regu dan ini berpengaruh positif
terhadap semangat bagi regu untuk terus menjaga kekompakan, meningkatkan skill,
pengetahuan serta terus meningkatkan kualitas diri baik untuk kepramukaan
maupun di dunia yang lebih luas.
Dan
tak kalah yang terpenting, performance adalah nomor satu. Beliau juga yang
mengajarkan kami untuk memiliki seragam yang rapi, menggunakan atribut memenuhi
standar Gerakan Pramuka Nasional.
Hasilnya,
seragam Pramuka dari Gugusdepan 0011-0012 Krida Taruna berpangkalan di SMP
Negeri 6 Kota Bengkulu terlihat berbeda di masa itu. Berbahan tebal dengan
model sesuai acuan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Jika
mengenakan pakaian ini, memang terbit rasa bangga. Belakangan saya pun tahu,
dalam pertemuan nasional ketika saya terpilih menjadi salah satu peserta
Jambore Nasional Pramuka tahun 1991 di Cibubur-Jakarta, seragam Pramuka kami
memang layak dapat acungan jempol. Gagah, rapi dan tentu saja semakin menambah
kewibawaan sebagai anak pandu.
Begitu pun Kak Herman
Suryadi, jika kita perhatikan seragam yang Beliau kenakan selalu rapi dan
berwibawa. Itu sudah berlangsung dari dulu sejak Beliau menjadi Pembina di
Gugusdepan Krida Taruna, hingga sekarangpun selalu tampak rapi dan berwibawa.
Nisaul Fadillah, S.Pd, M.Si., kandidat Doctoral di Western Sydney University-Australia). (Foto: Dokumen)
Terbiasa CepatKami
merasakan iklim semi militer yang menyenangkan. Bayangkan satu regu
dengan anggota 10 orang, masing-masing punya keahlian skill pramuka. Saya dulu
ahli semaphore, teman saya ada yang ahli sandi, ahli tali temali, ahli morse
dan lain sebagainya.
Untuk
memenuhi tuntutan ini, kami pun dengan suka rela menambah jam latihan Pramuka
kami di luar latihan rutin mingguan.
Kami
pun diajarkan selalu sigap dan taktis, misal dalam acara jurit malam. Hampir
semua regu bersiaga, jikalau di tengah malam peluit ditiupkan, maka kamipun
harus bersiap diri dalam formasi regu dengan seragam Pramuka lengkap.
Tentu
tak cukup waktu jikalau harus berganti kostum. Jadilah kami tidur
berseragam Pramuka lengkap. Sudah seperti kamp militer. Tanpa sadar- saya pikir
dari didikan kepanduan- saya sudah menjelma menjadi ibu rumah tangga yang
terbiasa menyelesaikan pekerjaan dengan ekspress (cepat). (Tulisan
kedua, Bersambung)
(Nisaul Fadillah,
S.Pd, M.Si, Alumni Gudep Krida Taruna Kota Bengkulu tahun 1991, Dosen
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang saat ini sedang
menjalani Pendidikan Doctoral di Western Sydney University-Australia).