GUDATANews.com, Bengkulu - Kabar baiknya saya lulus seleksi penerimaan beasiswa Bidikmisi. Tapi hari-hati tetap menjadi lumayan berat. Sebenarnya uang tabungan saya cukup untuk membiayai kebutuhan empat bulan kedepan sembari menunggu pencairan beasiswa.
Akan tetapi seperti rezeki, musibah juga datang dengan kejutan. Uang tabungaku yang susah payah saya kumpulkan hilang beserta dompet. Saya tidak punya sama sekali pegangan uang.
Kalau Tuhan selalu memberikan kebaikan dalam setiap kesusahan, maka kebaikan yang dimaksud dengan kebaikan itu adalah hati teman kerjaku. Dia ikhlas memberikanku pekerjaan sambilan seperti mengetik laporan mingguannya untuk menambah uang jajanku.
Di kelas, saya bisa dikatakan menjadi orang yang cukup dominan. Saya aktif di berbagai diskusi di dalam kelas. Diluar kelas saya cukup mendominasi teman-temanku. Dalam setiap pembicaraan, dalam debat kusir di kelas, pun dalam aspek curhatan pergulatan cinta para mahasiswa.
Alasannya adalah karena saya merupakan tipikal orang banyak berbicara sebagai bentuk dari coping stress. Maka saya bercerita mengenai kesusahsengsaraanku untuk menempuh kuliah ini dengan beberapa teman dekat. Mereka yang tau memberi tau teman sebelahnya, begitu hingga seisi kelas tahu.
Saya tidak peduli dan tidak menginginkan dianggap hebat oleh orang lain atas kesusahan ini. Sungguh saya sangat tidak peduli apa pun komentar dari orang di lingkungan sekitar.
Sekar. Adalah seorang teman. Diam, dan tidak percaya diri. Bicara jika hanya ada yang bertanya. Bertanya jika melihat ada yang butuh bantuan. Kami sudah akrab karena kami berasal dari satu daerah.
Sikapnya yang diam dan santai saat berkenaan dengan pembayaran apapun di kampus beralamat kepada kesimpulanku atas kenyamanan hidupnya. Wajahnya bersih, wah dia pasti pakai skincare mahal batinku. Sepatunya sedikit lusuh bermerk fladeo, aku bertaruh dia akan beli sepatu baru tiga hari lagi bisikkku.
Seperti biasa saya bercerita tentang betapa nikmatnya makan kangkung hotplate dan pizza meskipun itu sisa dari makanan tamu kepada Sekar. Sekar bilang tadi malam dia barusaja makan pizza.
Tentu saja aku
langsung menyela dan menceritakan betapa beruntungnya dia bisa makan pizza utuh
di tengah keluarganya. Dia tersenyum, tapi ekspresinya tidak dapat ditebak,
penuh misteri yang sulit diketahui jawabannya. (Bersambung/ Karya: Radha Dinda Agisni)