Yang terhormat,
Mas menteri
Nadiem Makarim
Tak adakah rasa ngilu di dalam dada mas
menteri melihat sepatu tua yang lusuh ini?
Memang benar sepatu tua ini terlihat bermerek, tetapi tahukan ini hanya sepatu loak apkiran
Seorang bapak dengan pakaian putih
lusuh dan celana hitam yang warnanya sudah tak hitam lagi karena pudar.
Mendekati usia senja masih setia
mengajari anak-anak di pelosok negeri ini membaca dan mengeja
Di saat putus pengharapan untuk
mendapatkan hidup yang lebih layak. Beliau tetap semangat. Tak sekedar mengajar
tetapi mendidik
Gaji di bawah lima ratus ribu sungguh
tak cukup untuk makan sebulan. Apalagi untuk membeli sepatu
Terpaksa di saat pulang mengajar beliau
mencari pendapatan tambahan sebagai pekerja serabutan
Tahun ini mas menteri memberikan
secercah harapan untuk beliau. Program PPPK untuk memberikan harapan kehidupan
yang lebih layak
Tetapi tahukah mas menteri? soal-soal
yang mas menteri berikan hanya teori belaka saja. Tak sebanding dengan praktik
pengabdian berpuluh-puluh tahun lamanya
Soal-soal yang membuat beliau
terseok-seok ketika memegang mouse dan membuat kepalanya pening
Akhirnya, PASSING GRADE pun tak diraih.
Pecahlah tangis beliau di dalam hati. Terlihat jelas ketika nilai-nilai itu
terpampang di layar monitor. Beliau terdiam seribu bahasa.
Entahlah, apa yang dipikirkan.
Melihatnya sayapun ikut terisak.
Memang benar beliau tak secerdas,
sejenius, sekreatif mas menteri. Tetapi beliaulah yang menjadi pelita di tengah
gulita buta aksara di pelosok negeri
Memang benar beliau tak pandai
teknologi, tetapi tanpa teknologi beliau mampu membuat anak-anak negeri ini
merangkai kata dari A hingga Z. Berhitung hal-hal dasar untuk memahami hidup
Memang benar para muridnya sebagian
besar menjadi TKI dan TKW. Tapi tahukah mas menteri, bukankah mereka juga
merupakan pahlawan penghasil devisa negara tercinta ini?
Beliau mempunyai andil yang besar dalam
membangun negeri tercinta ini.
Sudi kiranya mas menteri memberikan
keringanan untuk melihat beliau bisa menikmati masa tua dengan sepatu dan
kehidupan yang layak
Tak usah diperumit
Jika tidak ada kebijakan untuk
mengangkat derajat mereka, setidaknya di surga besok sepatu ini akan menjadi
saksi bahwa ilmu yang beliau ajarkan sangat bermanfaat untuk keberlangsungan
umat
Dari
saya,
Novi Khassifa
Pengawas ruang PPPK
Ditulis dengan berurai air mata